Jumat, 31 Juli 2015

Harga Singkong

Harga singkong yang masih meroket, di akhir bulan ini harga singkong masih bertahan di kisaran Rp. 1.375 potongan kadar 15%  harga yang cukup menggembirakan, banyak petani yang mempercepat panen karena harga yang sangat layak tersebut. Sungguh siapapun petani itu yang mempunyai pohon singkong siap panen saat ini senyumnya sungguh hangat sekali. Dan ini adalah harga yang sangat ideal untuk saat ini kususnya di daerah Lampung.

Lampung adalah sentra singkong yang berpotensi sangat besar di Indonesia karena sejak lama daerah lampung sudah membudidayakan singkong ini. Dulu sekitar tahun 1980-an sampai era 1990-an singkong adalah tanaman bernilai ekonomis rendah dan termasuk tanaman yang tidak digemari oleh penduduk non Jawa yang tinggal di Lampung. Dulu di era 1980-an sampai era 1990-an dapat dibedakan dengan mudah bahwa bila lahan peladangan yang tumbuh singkong itu adalah milik orang Jawa dan jika pelandanganya tumbuh pohon lada atau kopi makan itu adalah milik orang Lampung asli. Sekarang di hampir 10 tahun belakangan ini jika kita ke Lampung kita sudah tidak dapat membedakan lagi apabila yang tumbuh pohon singkong itu adalah milik orang Jawa, karena semua penduduk lampung baik Jawa, Lampung asli, ataupun suku lainya semua menanam singkong.

Sungguh singkong di era sekarang ini sangat mempunyai pengaruh yang besar bagi pergerakan roda perekonomian di Lampung. Banyak sekali efek domino dari komoditi singkong ini, dari mulai ekonomi industri dengan pabrik tapioka dan etanol yang melahirkan ketenagakerjaan dan efek ekonomi sosial dari ketenagakerjaan itu sendiri, ekonomi pertanian menggeliat nya lahan aktif yang semula adalah lahan tidur serta peningkatan ekonomi petani, ekonomi perdagangan dengan bermunculan agen agen penampung singkong untuk petani petani berlahan kecil.

Kondisi yang terjadi saat ini yang saya rasakan adalah kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam menyikapi betapa hingar bingarnya singkong saat ini, sehingga yang saya liat adalah semakin buruknya sarana jalan yang sangat menghambat proses pendistribusian hasil petanian (singkong) ataupun hasil olahan (tapiaoka / etanol), dan juga berefek langsung terhadap biaya operasional bahan bakar maupun sparepart kendaraan yang cepat rusak karena kondisi jalan yang hancur. Belum lagi tuntutan jalan jalan baru yang harus dibuat karena meluasnya areal pertanian yang semakin menjauhi dari jalan yang sudah ada.

Mudah mudahan kedepan harga singgkong akan semakin menjanjikan, serta pemerintah daerah perduli terhadap pergerakan roda perekonomian yang mulai menggeliat dengan memperbaiki jalan yang rusak  dan membuat jalan baru dan pemerintah semakin paham bahwa efek domino dari singkong ini sangatlah luar biasa (banyak sektor yang tersentuh). Dan perlahan akan memperbaiki aspek aspek ekonomi, sosial dan mental penduduk lampung.

Salam petani Indonesia
By : Esawe